Premature Ejaculation

Premature ejaculation (PE) means coming too quickly, and it's one of the common of all male sexual dysfunctions. AMI has found that it is a common problem in younger men but older men can suffer from it. This means that you are not alone. By treating premature ejaculation over a period time, you can improve your sexual performance and regain control of your sex life.

Contrary to the perceptions given by the increased awareness of erectile dysfunction, premature ejaculation ("PE") is the most common form of male sexual dysfunction. Even though it's a common problem that can be treated, many men feel embarrassed to talk to their doctors about it or seek treatment.

Once thought to be purely psychological, experts now know that biological factors also play an important role in premature ejaculation. In some men, premature ejaculation is related to erectile dysfunction.
Erectile Dysfunction

Erectile Dysfunction (ED) affects the lives of many middle-aged men and their partners to one degree or another. The term erectile dysfunction covers a range of disorders, but usually refers to the inability to obtain an adequate erection for satisfactory sexual activity.


Cross-sectional epidemiological studies from around the world reveal that 30–50% of men aged 40–70 years report some degree of erectile dysfunction. About 150 million men worldwide are unable to achieve and maintain an erection adequate for satisfactory sexual intercourse. Age is the variable most strongly associated with erectile dysfunction; between the ages of 40 to 70 years, the incidence of moderate erectile dysfunction doubles from 17% to 34%, whereas that of severe erectile dysfunction triples from 5% to 15%.


When erectile dysfunction proves to be a pattern or a persistent problem, it can interfere with a man's self-image as well as his and his partner's sexual life. Erectile dysfunction may also be a sign of a physical or emotional problem that requires treatment.
Erectile dysfunction was once a taboo subject, but more men are seeking help. Doctors are gaining a better understanding of what causes erectile dysfunction and are finding new and better treatments. Erectile dysfunction can lead to other sexual dsyfunction, such as premature ejaculation.
JP: Sabtu, 23-1-2010: "DE (Disfungsi Ereksi) Gangguan Pembuluh Darah" Hal. 48)
Merokok, Ejakulasi Dini, dan Gangguan Ereksi    


Tanggal ditambahkan: 23/01/2010
 

Angka gangguan kesehatan dan kematian yang disebabkan oleh merokok termasuk tinggi jumlahnya di seluruh dunia. Di Inggris kebiasaan merokok ini merupakan salah satu pembunuh paling besar dengan tingkat 5 kali lebih besar dari kematian kumulatif yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas di jalan, kecelakaan lain yang menyebabkan kematian, overdosis dan keracunan, kematian yang disebabkan oleh kerusakan hati karena alkohol, pembunuhan baik yang terencana maupun yang tidak, bunuh diri dan kematian oleh infeksi HIV. Di negeri kerajaan ini, 1 dari 4 orang yang disurvei mengaku merokok secara aktif.

Laporan lain menunjukkan bahwa angka kejadian erectile dysfunction atau yang dikenal dengan impotensi meningkat secara tajam pada perokok yang mengisap lebih dari 10 batang sehari. Jumlah ini meningkat lebih dari 50 persen apabila kebiasaan tersebut juga disertai dengan penyakit degeneratif lain yang menjadi faktor risiko seperti diabetes, hiperkolesterol dan tekanan darah tinggi.

Seorang epidemiologist dari Johns Hopkins University, Baltimore-AS dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam American Journal of Medicine mengemukakan data estimasi bahwa 18,4 persen dari pria Amerika yang berusia di atas 20 tahun menderita disfungsi ereksi dan kondisi tersebut berkaitan erat dengan kebiasaan merokok, kurang berolahraga, dan konsumsi makanan yang buruk. Juga terdapat pergeseran umur pada mereka yang menderita inpotensi ini dimana usia rata-rata menjadi lebih muda.

Dalam laporan ini, 5,1 persen ditemukan populasi yang berumur 20-39 tahun, sementara 14,8 persen berusia 40-59 tahun. Bandingkan dengan mereka yang menderita ejakulasi dini yang dilaporkan lebih dari 60 persen dari seluruh populasi yang diamati.

Fakta lain menunjukkan, setengah dari jumlah pria ini ternyata menderita diabetes dan hampir 90 persen mempunyai faktor-faktor risiko kardiovaskuler lainnya seperti tekanan darah tinggi, profil lemak darah yang buruk, serta dua kali lebih berisiko pada mereka yang memiki kebiasaan merokok.

Thomas G. Travisona dan kawan-kawan dari Department of Urology, Columbia University, New York dan New England Research Institutes Watertown, Massachusetts mempertegas sebuah studi bahwa penderita impotensi dapat mengalami remisi alamiah hanya dengan memperbaiki gaya hidup sehat khususnya menghentikan kebiasaan merokok.

Semua laporan di atas dapat disimpulkan bahwa merokok aktif secara bermakna memiliki hubungan kausalitas dengan terjadinya impotensi dan ejakulasi dini. Banyak sentra pendidikan yang menulis tentang kesulitan mengikis kebiasaan merokok ini karena nikotin memiliki efek adiksi yang bekerja hampir sama seperti heroin atau kokain.

Lalu bagaimana dengan Indonesia yang banyak sekali memproduksi berbagai macam rokok? Setelah banyak orang yang mengetahui betapa bahayanya merokok dan akibat merokok, produsen rokok malah semakin berlomba-lomba memasarkan produk rokoknya, sehingga rakyat pun semakin merasa ketagihan bahkan siswa-siswa SD dan SMP yang notabene berusia belia sudah ketagihan dengan rokok. Bukankah ini menjadi buah simalakama bagi negara? karena di satu pihak produksi rokok sangat membahayakan kesehatan generasi bangsa, tapi di pihak lain produksi rokok mendatangkan devisa negara yang tidak sedikit. Butuh kerjasama semua pihak untuk bisa menegaskan pentingnya menghilangkan kebiasaan merokok dan menjadikan bangsa Indonesia sehat jasmani dan rohani.***

Ejakulasi Dini Mengancam Kaum Muda



Studi ini dilakukan oleh Dr. Najah Senno dimana dia mencatat bahwa para pemuda di tingkat sekolah atas dan universitas sudah terbiasa menggunakan obat perkasa Viagra yang dicampur dengan alkohol ataupun obat terlarang lainnya yang membuat penularan penyakit seks juga semakin mengkuatirkan.

Dr. Senni melakukan penelitian atas 234 pria berusia 18 hingga 25 tahun yang melakukan seks secara aktif saat mereka berada di tahun ketiga di Chicago Universities.

Hasil penelitian menyebut 13 persen pemuda itu mengaku sudah terbiasa menggunakan obat kuat penghilang Ejakulasi Dini namun tidak pernah mendiskusikan tindakan mereka kepada dokter.

Disfungsi Ereksi (Ejakulasi Dini) atau impotensi merupakan sebuah kondisi dimana para pria sulit melakukan atau menjaga ereksi tetap terjadi saat berhubungan seks sampai kegiatan seks berakhir.

Hasil studi Dr. Senno ini dipaparkan daam pertemuan `the Pediatric Academic Societies annual meeting` yang berlangsung di San Francisco, Sabtu (29/4) akhir pekan silam.

“Kami bertanya kepada para pemuda mengenai disfungsi ereksi dan penggunaan kondom,’ jelas Dr. Senno.

‘25 persen dari mereka mengaku kehilangan ereksi saat menggunakan kondom.’

Penggunaan kondom yang semakin tinggi membuat tim peneliti mengkuatirkan terjadinya penyebaran penyakit kelamin.

6 persen dari responden mengatakan mereka menggunakan terapi untuk mengatasi Ejakulasi Dini, 57 persen mengatakan menggunakan obat-obatan, dan 29 persen menggunakan obat-obatan itu untuk meningkatkan kinerja seks.

Penelitian sebelumnya menyebut bahwa sekitar 5 persen pria berusia diatas 40 tahun mengalami Ejakulasi Dini dan sekitar 25 persen pria diatas 65 tahun mengalami hal yang sama.

Sejumlah kondisi seperti penyakit diabetes, penyakit ginjal, jantung dan pengguna alkohol kronis merupakan penyebab utama dari Ejakulasi Dini

Merokok juga disebuat-sebut merupakan salah satu faktor terjadinya Ejakulasi Dini!

Beberapa tahun silam, perusahaan asal AS Pfizers meluncurkan obat perkasa Viagara yang laku keas sehingga obat semacam ini juga marak dengan sejumlah produk lain seperti Levitra ataupun Cialis.