Gejala Disfungsi Ereksi
Erectile Dysfunction (ED) / Disfungsi Ereksi DEFINISI
Disfungsi Ereksi (impotensi)/ Erectile Dysfunction
(ED) adalah ketidakmampuan untuk mencapai atau menjaga ereksi tetap pada waktu
penetrasi.
- Penyebabnya bisa karena gangguan yang mengurangi aliran darah atau kerusakan syaraf yang menuju penis, gangguan hormon, penggunaan obat-obatan tertentu, atau masalah psikologi.
- Pada kebanyakan pria, gairah seks (libido) juga menurun.
- Sebuah pemeriksaan fisik (termasuk pengukuran tekanan darah), tes darah, uji ereksi selama tidur, dan kadangkala ultrasonography dapat mengenali pemicu gangguan disfungsi ereksi.
- Obat-obatan, diberikan melalui mulut atau disuntikkan ke dalam penis, dapat membantu, begitu juga alat penekan dan vakum dan terapi psikologi.
Setiap pria adakalanya tidak bisa mencapai ereksi, adalah normal. Disfungsi
ereksi terjadi ketika persoalan yang sering atau terus-menerus.
Disfungsi ereksi bisa ringan sampai parah. Seorang pria dengan disfungsi ereksi
ringan kadangkala bisa mencapai ereksi penuh, namun lebih sering mencapai ereksi
yang tidak cukup untuk penetrasi atau tidak ereksi sama sekali. Seorang pria
dengan disfungsi ereksi parah jarang bisa mencapai ereksi.
Disfungsi ereksi menjadi lebih sering terjadi seiring usia namun bukan bagian dari proses penuaan normal. Sekitar setengah dari pria berusia 65 tahun dan tiga perempat pria berusia 80 tahun mengalami disfungsi ereksi.
PENYEBAB
Untuk mencapai ereksi, penis membutuhkan peredaran darah
masuk yang cukup, peredaran darah keluar yang melambat.dan fungsi yang tepat
pada syaraf yang mengatur ke dan dari penis.
Gangguan yang mempersempit arteri dan mengurangi pemasukan darah (seperti
atherosclerosis, diabetes, tekanan darah tinggi, dan tingkat kolesterol darah
yang tinggi) atau operasi yang mempengaruhi pembuluh darah dapat menyebabkan
disfungsi ereksi. Juga, ketidaknormalan dalam pembuluh pada penis kadangkala
bisa kembali mengalirkan darah ke dalam tubuh dengan cepat sehingga ereksi tidak
bisa dipertahankan meskipun aliran darah tercukupi.
Kerusakan syaraf menuju atau dari penis dapat menghasilkan disfungsi ereksi.
Kerusakan serupa dapat diakibatkan dari bagian panggul atau operasi perut (umumnya
operasi prostat), terapi radiasi, penyakit tulang belakang, diabetes, multiple
sclerosis, atau gangguan seputar syaraf. <
Faktor resiko lainnya termasuk stroke, merokok, alkohol, dan obat-obatan.
Obat-obatan umumnya menyebabkan disfungsi ereksi (umumnya pada pria yang lebih
tua) termasuk antihipertensi, anti depresan. Beberapa sedatif, cimetidine,
beberapa diuretik, antipsikotik, dan obat-obatan illicit.
Adakalanya, gangguan hormon (seperti rendahnya tingkat testosterone) menyebabkan
disfungsi ereksi. Demikian juga, faktor-faktor yang mengurangi tingkat energi
seorang pria (seperti sakit, lelah, dan stress) dapat membuat kesulitan mencapai
ereksi.<
Masalah psikologi yang dapat menyebabkan disfungsi seksual dapat mempengaruhi
kemampuan untuk mencapai ereksi. Hal psikologis menyebabkan lebih sering terjadi
pada pria lebih muda. Setiap situasi stress yang baru, seperti berganti pasangan
seks atau masalah dengan hubungan atau di tempat kerja, juga bisa memberi
kontribusi.
GEJALA
Gairah seks (libido) seringkali menurun pada pria dengan
disfungsi ereksi, meskipun beberapa pria mempertahankan libido secara normal.
Tanpa memperhatikan perubahan libido, pria dengan disfungsi ereksi mempunyai
kesulitan dalam berhubungan seks yang mana disebabkan penis yang ereksi tidak
cukup keras, panjang atau bertambah untuk penetrasi atau karena ereksi tidak
dapat terbentuk. Beberapa pria berhenti mengalami ereksi ketika tidur atau
bangun. Yang lainnya bisa mencapai ereksi kuat kadangkala namun tidak bisa
mencapai atau menjaga ereksi di lain waktu.
Pada saat tingkat hormon testosteron rendah, akibatnya lebih mungkin turunnya
libido daripada disfungsi ereksi. Sebagai tambahan, tingkat testosteron yang
rendah bisa menimbulkan pengeroposan tulang, kehilangan tenaga, dan kehilangan
kepadatan otot.
DIAGNOSA
Untuk mendiagnosa penyebab disfungsi ereksi, dokter bertanya
seputar penyakit dan kondisi yang bisa berperan serta dalam disfungsi ereksi dan
obat-obatan yang digunakan. Pemeriksaan fisik umum, termasuk pemeriksaan organ
kelamin dan prostat, dilakukan. Dokter bisa mengukur fungsi syaraf yang
mensuplai kelamin. Mengukur tekanan darah pada kaki dan menghitung detak pada
kaki dan tangan bisa mengungkap masalah pada pembuluh arteri.
Contoh darah bisa diambil untuk mengukur kadar testosteron. Beberapa tes
darah dapat membantu mengenali penyakit yang mungkin menyebabkan disfungsi
ereksi sementara atau tetap, seperti diabetes atau infeksi.
Jika masalahnya pada arteri atau pembuluh dicurigai, tes khusus dapat dilakukan.
Contohnya, sebuah alat dapat digunakan di rumah untuk mengukur ereksi selama
tidur (pada waktu terjadinya normal). Jika ereksi ada selama tidur, penyebabnya
mungkin sekali psikologi, sebaliknya bila ereksi tidak ada selama tidur,
penyebabnya mungkin sekali fisik. Ultrasonography juga bisa digunakan untuk
mengukur aliran darah ke penis.
PENGOBATAN
Tahukah anda... |
|
Tindakan yang dapat membantu mencegah atau mengontrol memberi
kontribusi disfungsi ereksi, seperti tekanan darah tinggi, atherosclerosis, dan
diabetes, juga bisa membantu memperbaiki disfungsi ereksi, meskipun efeknya
kemungkinan kecil. Contohnya, menurunkan berat badan, olahraga, dan berhenti
merokok bisa membantu. Beberapa pria dan pasangannya dapat memilih untuk
mengikuti semua pengobatan untuk disfungsi ereksi. Kontak fisik tanpa ereksi
bisa memuaskan kebutuhan mereka untuk keintiman dan terpenuhi.
Kadangkala, berhenti menggunakan obat tertentu dapat meningkatkan ereksi.
Beberapa obat tradisional untuk disfungsi ereksi tersedia, namun belum terbukti
khasiatnya.
Untuk pria yang memilih mengikuti pengobatan, ada banyak pilihan.
Pengobatan dengan obat : banyak obat-obatan digunakan untuk mengobati disfungsi
ereksi. Kebanyakan obat-obatan yang diberikan untuk mengobati disfungsi ereksi
meningkatkan aliran darah ke penis. Kebanyakan obat-obatan ini diberikan melalui
mulut, namun beberapa obat-obatan bisa dioleskan-dengan suntikan atau diselipkan
ke dalam penis.
Sildenafil, vardenafil dan tadalafil dikenal sebagai penghalang
phosphodiesterase. Ini adalah obat-obatan yang sering digunakan untuk mengobati
disfungsi ereksi. Efektif pada pria dengan disfungsi ereksi sekitar 60 sampai 75
%. Obat-obatan ini digunakan melalui mulut sekitar 1 hari sebelum aktifitas seks.
Tadalafil efektif untuk sekitar satu hari, lebih lama dari sildenafil. Beberapa
merek dagang bernama Viagra dan vardenafil, yang efektif untuk sekitar 4 sampai
6 jam. Obat-obatan ini efektif hanya pada waktu seorang pria bangkit hasrat
seksnya. Efek samping dari penghalang phosphodiesterase termasuk sakit kepala,
muka merah, hidung kaku, perut melilit, gangguan penglihatan.
Efek samping yang lebih serius, termasuk tekanan darah rendah yang berbahaya,
dapat terjadi ketika penghalang phosphodiesterase diberikan dengan obat-obatan
tertentu (seperti nitrogliserin atau amyl nitrit). Karena resiko ini. Pria
seharusnya tidak menggunakan penghalang phosphodiesterase jika mereka
menggunakan nitrogliserin. Jarang terjadi, pria pengguna obat-obatan ini
mengalami kebutaan, meskipun bisa saja kebutaan tidak ada hubungannya dengan
pemakaian obat. Penghalang phosphodiesterase dapat menyebabkan rasa sakit,
ereksi lama, namun sangat jarang terjadi.
Obat-obatan oral lainnya yang telah digunakan untuk mengobati disfungsi ereksi
adalah phentolamine, yohimbine dan testosteron. Mereka memiuliki kegunaan yang
terbatas dan dapat menimbulkan efek samping yang signifikan.
Obat-obatan suntik atau dimasukkan ke penis memperlebar arteri dan menambah
aliran darah ke penis. Pria yang tidak bisa menggunakan obat-obatan melalui
mulut kadangkala bisa diobati dengan obat ini. Sebuah contoh adalah alprostadil,
dalam bentuk sebuah kaplet (supositoria), yang bisa dimasukkan ke dalam penis
melalui saluran kencing. Hal ini dapat menyebabkan light-headedness, rasa
terbakar pada penis, atau, adakalanya, ereksi yang menyakitkan dalam waktu lama
(priapism). Karena efek samping serius ini adakalanya terjadi, seorang
pria biasanya menggunakan dosis pertama di bawah pengawasan dokter di ruangan
dokter.
Seorang pria juga bisa memancing ereksi dengan menyuntikkan obat-obatan (seperti
alprostadil sendiri atau kombinasi dari alprostadil, papaverine, dan
phentolamine) ke dalam batang penisnya. Suntikan adalah salah satu yang paling
efektif untuk mencapai ereksi, menghasilkan ereksi 80 sampai 90% pria dengan
disfungsi ereksi. Meskipun begitu, banyak pria enggan untuk menyuntik penisnya.
Lagipula, suntikan ini kadangkala menyakitkan dan adakalanya menimbulkan
priapism, dan suntikan berulang bisa menghasilkan luka pada jaringan.
Terapi pengganti testosteron dapat menolong pria yang menderita disfungsi ereksi
yang disebabkan tidak normalnya kadar testosteron. Berbeda dengan obat-obatan
lain, yang cara kerjanya meningkatkan aliran darah ke penis, testosteron bekerja
memperbaiki kekurangan hormon. Testosteron bisa digunakan dalam berbagai bentuk,
termasuk koyo, krim topical, dan suntikan. Efek samping bisa termasuk disfungsi
hati, jumlah sel darah merah meningkat, dan meningkatkan resiko stroke.
Pengganti testoteron sendiri jarang cukup untuk mengatasi disfungsi ereksi.
Apakah testoteron meningkatkan resiko kanker prostate belum jelas, tetapi pria
yang menggunakan testoteron seharusnya dimonitor secara seksama.
Penekanan (mengikat) dan alat vakum : disfungsi ereksi bisa seringkali
dikendalikan dengan menggunakan alat penekan dengan atau tanpa alat vakum.
Alat-alat ini memampukan seorang pria untuk menghindari efek samping yang
diakibatkan terapi obat. Alat penekan di antara pengobatan disfungsi ereksi
lainnya setidaknya tidak mahal. Alat ini (seperti pita dan cincin terbuat dari
metal, karet, atau kulit) dipasang di pangkal penis untuk memperlambat aliran
darah. Alat kesehatan ini dapat dibeli dengan resep dokter di apotik, namun
versi murah (sering disebut cock ring) bisa dibeli ditoko-toko yang
menjual perlengkapan seks.
Alat vakum (yang terdiri dari ruang berongga rapat untuk sumber isapan) dipasang
melampaui penis, membuat segel. Penghisap mekanik dipasang ke ruang penarik
darah ke dalam penis, menghasilkan ereksi. Beberapa alat vakum yang memiliki
alat penekan yang diarahkan ke ujung penis. Jika tidak, alat penekan bisa
dipakai terpisah.
Operasi : ketika disfungsi ereksi tidak bereaksi kepada pengobatan lain, sebuah
alat yang merangsang ereksi (prothesis) bisa ditanamkan lewat operasi pada
penis.
Berbagai prostheses bisa dijumpai. Salah satu tipe terdiri dari sepasang tangkai
kukuh, yang dimasukkan ke dalam masing-masing korpus cavernosa untuk membuat
zakar keras secara permanen. Jenis protese lain adalah suatu balon yang dapat
membesar yang dimasukkan ke dalam zakar. Sebelum berhubungan badan, laki-laki
menggembungkan balon dengan pompa internal yang kecil. Operasi implantation
penile protese memerlukan waktu menginap di rumah sakit sebentar dan
penyembuhannya selama 6 minggu sebelum hubungan badan.
Terapi psikologi : beberapa jenis terapi psikologi (termasuk teknik modifikasi
prilaku, seperti teknik fokus pada sensasi) dapat meningkatkan faktor mental dan
emosional yang berperan terhadap disfungsi ereksi. Terapi psikologi bahkan bisa
menolong pada waktu disfungsi ereksi mengalami penyebab fisik, karena faktor
psikologi sering menjadi masalah.
Terapi khusus dipilih berdasarkan keadaan psikologis tertentu yang menyebabkan
disfungsi ereksi pada pria. Contohnya, jika pria menderita depresi, psikoterapi
dapat menolong disfungsi ereksi. Antidepresan dapat menolong disfungsi ereksi
dengan menghilangkan depresi, tetapi antidepresan itu sendiri bisa mengurangi
gairah seks dan menyebabkan disfungsi ereksi, jadi pengaruhnya sulit diprediksi.
Terkadang psikoterapi dapat mengurangi ketertarikan berhubungan seks pada pria
penderita disfungsi ereksi karena berbagai penyebab. Perkembangannya membutuhkan
waktu yang lama, dan membutuhkan beberapa sesi. Seorang pria, dan pasangannya,
harus memiliki motivasi yang tinggi supaya psikoterapinya bekerja.
Disfungsi ereksi (DE) merupakan istilah yang tidak asing lagi di kalangan umum.
Seorang pria dikatakan mengalami disfungsi ereksi ketika ia tidak mampu
mendapatkan dan atau mempertahankan ereksi untuk aktivitas seksual yang
memuaskan.
Disfungsi ereksi bervariasi dalam beberapa tingkat keparahan. Beberapa pria
memiliki ketidakmampuan total untuk mendapatkan ereksi, tidak konsisten dalam
berereksi, maupun masih dapat melakukan ereksi walau dalam waktu singkat. Namun
meskipun begitu, masih banyak pria yang enggan mengkonsultasikan masalahnya pada
dokter.
Si
Penyebab Disfungsi Ereksi
Penyebab disfungsi ereksi bisa bermacam-macam. Usia, faktor psikologis, adanya
kelainan atau penyakit, obat, kebiasaan, dan faktor lain turut andil dalam
terjadinya disfungsi ereksi pada seorang pria. Disfungsi ereksi juga bisa
menjadi tanda adanya masalah kesehatan. Sebanyak kira-kira 52% pasien yang
mengalami hipertensi dan 64% penderita diabetes juga mengalami disfungsi ereksi.
Bahkan, sekitar 90% pria yang mengalami depresi berat mengalami disfungsi ereksi
dalam berbagai tingkat keparahan.
Usia
Umumnya disfungsi ereksi lebih banyak ditemui pada usia lanjut dibandingkan pria
muda meskipun DE bisa terjadi pada semua umur. Pada usia 45 tahun, banyak pria
yang memiliki pengalaman disfungsi ereksi. Umumnya, pada pria berusia lanjut,
penyebab disfungsi ereksi dikarenakan kelainan fisik. Misalnya karena adanya
penyakit, cedera, maupun efek obat-obatan. Beberapa penyakit dapat menyebabkan
cedera pada saraf atau turut mempengaruhi aliran darah ke penis dan berpotensial
menyebabkan disfungsi ereksi. Kejadian disfungsi ereksi meningkat seiring dengan
pertambahan umur, yaitu sekitar 5 % pada usia 40-an tahun, dan antara 15 sampai
25% pada usia 65 tahun.
Psikologis
Faktor psikologis merupakan salah satu penyebab disfungsi ereksi. Merasa cemas
dengan hubungan seksual, karena pengalaman buruk atau pengalaman impotensi yang
sebelumnya. Selain itu, perasaan stress, termasuk stress karena pekerjaan atau
masalah keluarga, depresi, rendah diri juga termasuk penyebab disfungsi ereksir.
Seperti yang telah disebutkan di atas, sekitar 90% pria yang mengalami depresi
berat mengalami disfungsi ereksi dalam berbagai tingkat keparahan.
Penyakit
Kelainan fisik maupun penyakit dapat menjadi penyebab dari disfungsi ereksi.
Diabetes, tekanan darah tinggi, dan arterosklerosis (pengerasan arteri)
merupakan penyakit yang menjadi penyebab disfungsi ereksi. Pada pasien diabetes
maupun hipertensi, jika kadar gula darah tidak dijaga maupun tekanan darah tidak
terkontrol, maka tidak mustahil sang pasien juga akan mengalami disfungsi ereksi.
Maka mengkonsumsi obat untuk mengatasi penyakit tersebut menjadi penting agar
penyakit terkontrol dan tidak timbul masalah baru seperti disfungsi ereksi.
Diabetes mellitus, multiple sclerosis, stroke, penyakit tulang belakang bagian
bawah, pembedahan rektum atau prostat yang menyebabkan kerusakan saraf dapat
menyebabkan disfungsi ereksi.
Terkadang, adanya ketidakseimbangan hormon dalam tubuh menjadi penyebab
disfungsi ereksi. Dokter akan memutuskan apakah perlu dilakukan tes darah untuk
memeriksa keseimbangan hormon.
Obat
Penggunaan obat seperti antihipertensi, antidepresan, estrogen, dan antiandrogen
dapat menjadi salah satu penyebab disfungsi ereksi pada seorang pria.
Kebiasaan
Kebiasaan yang kurang baik ikut berperan menjadi penyebab disfungsi ereksi.
Pengkonsumsi alkohol, penghisap rokok, pengguna narkoba, kelelahan dalam
beraktivitas fisik.
Konsultasikanlah pada dokter jika anda mengalami disfungsi ereksi. Dokter
akan mendiagnosa dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Riwayat medis juga akan
diperiksa untuk melihat penggunaan obat maupun penyakit yang diduga menjadi
penyebab disfungsi ereksi. Dilakukan juga beberapa pemeriksaan fisik untuk
mengetahui ada tidaknya disfungsi ereksi. Pemeriksaan laboratorium dapat
membantu menegakkan diagnosa disfungsi ereksi. Tes ini diperlukan untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan ataupun penyakit dalam tubuh. Tes yang
dilakukan dapat mencakup tes hitung darah, urinalisa, kadar bersihan kreatinin,
dan aktivitas enzim hati. Dokter akan memilih tes yang tepat bagi anda.
Atasi pada Masalah
Cara mengatasi disfungsi ereksi tergantung dari penyebabnya. Karena penyebab
disfungsi ereksi sangat banyak, maka perlu dicari penyebabnya. Setelah dokter
memeriksa masalah kesehatan maupun obat yang mungkin menjadi penyebab disfungsi
ereksi, maka ia akan memberi solusi yang tepat untuk membantu mengatasi
disfungsi ereksi. Penganganan masalah disfungsi ereksi mulai dari tahapan ringan
sampai dengan tahapan yang lebih invasif.
Ubah Gaya Hidup
Mengubah gaya hidup seperti banyak berolah raga, mengurangi atau menghentikan
alkohol dan rokok, menurunkan berat badan juga membantu beberapa pria mengatasi
masalahnya.
Pada banyak pria disfungsi ereksi, permasalah dapat diatasi dengan penggunaan
tablet oral (diminum).
onsultasi dengan Tenaga Kesehatan
Menghentikan penggunaan obat dengan efek samping yang lebih ringan merupakan
tahapan selanjutnya. Misalnya, obat tekanan darah tinggi yang diganti dengan
obat tekanan darah tinggi lain dengan mekanisme kerja obat yang berbeda.
Konsultasikan pada dokter mengenai kemungkinan obat yang sedang digunakan dengan
disfungsi ereksi yang terjadi.
Dilakukan terapi psikologis dan perubahan gaya hidup pada pasien jika dibutuhkan.
Selain itu juga diberikan obat yang diberikan secara oral atau obat injeksi
lokal. Penggunaan pompa vakum, intrauretal, maupun dengan menggunakan injeksi
intracavernosa merupakan pengobatan tahap selanjutnya jika pengobatan
menggunakan tablet oral tidak berhasil. Tahap pengobatan selanjutnya yaitu
penggunaan penis prostetis apabila seluruh pengobatan belum berhasil. Dokter
akan membantu memutuskan pengobatan yang tepat.
Saat ini, banyak sekali pilihan obat oral yang diindikasikan untuk disfungsi
ereksi. Umumnya, obat oral untuk disfungsi ereksi merupakan obat keras yang
membutuhkan resep dokter (ditandai dengan huruf K di dalam lingkaran berwarna
merah dengan garis berwarna hitam di tepinya). Jangan ragu untuk berkonsultasi
pada tenanga kesehatan.
Disfungsi Ereksi (DE) sering kali disalah persepsikan oleh pria sebagai fenomena
dari proses penuaan / aging, dimana untuk pria dengan usia > 60 th
dianggap hal yang wajar apabila mengalami gangguan fungsi seksualnya. Padahal
sebenarnya disfungsi ereksi pada pria usia > 40 th bisa jadi merupakan tanda /
indikator adanya penyakit lain pada tubuh seperti diabetes ataupun penyakit
kardiovaskular. Disfungsi Ereksi (DE) sendiri adalah ketidakmampuan seorang pria
yang menetap untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi untuk sanggama yang
memuaskan baik bagi dirinya atau pun pasangannya.
Terdapat prevalensi yang tinggi pada underlying conditions (kondisi
yang merupakan penyebab utama) pada pria dengan disfungi ereksi. Sekitar 64 %
dari pria yang dilaporkan menderita disfungsi ereksi setidaknya memiliki satu
atau lebih kondisi-kondisi berikut : hipertensi, sakit jantung kronis/angina,
angka kolesterol yang tinggi, diabetes & depresi.
Pada pasien penderita hipertensi dan kolesterol terutama yang tidak terkontrol,
pembuluh darahnya akan mengalami gangguan yaitu timbul penebalan di dinding
pembuluh darahnya. Penebalan dinding pembuluh darah tersebut mengakibatkan
aliran darah yang tidak lancar, padahal untuk mengalami ereksi yang baik tubuh
pria memerlukan aliran darah yang lancar terutama ke bagian organ seksualnya.
“Di seluruh dunia menurut perkiraan terdapat 152 juta pria atau sekitar 16 %
dari total seluruh pria usia 20-75 th yang mengalami masalah kesulitan ereksi.
Untuk Indonesia jumlahnya diperkirakan sekitar 52 % pria mengalami masalah
seksual tersebut dan dari jumlah tersebut hanya 8 % saja yang terdiagnosa
kemudian 60 % nya saja yang mengikuti terapi untuk menangani masalah seksualnya”,
demikian dijelaskan oleh Dr. Nugroho Setiawan, MS, SpAnd pada acara seminar
mengenai penyakit kardiovaskuler yang dapat mengakibatkan disfungsi ereksi.
Acara tersebut diadakan di Hotel Ritz Carlton Jakarta pada tanggal 19 Februari
2009 kemarin, pembicara lain yang juga hadir saat acara adalah Dr. Santoso Karo
Karo, MPH, SpJP (K) & Dr. P. Tedjasukmana, SpJP (K).
Faktor yang menyebabkankenapa banyak kasus disfungsi ereksi tidak terdeteksi
adalah karena adanya beberapa persepsi yang salah dari kaum pria mengenai
disfungsi ereksi itu sendiri, seperti :
Disfungsi ereksi terjadi karena masalah psikologis saja. | |
Dengan bertambahnya usia, maka wajar saja bila mengalami disfungsi ereksi. | |
Disfungsi ereksi adalah masalah pribadi, jadi sebaiknya jangan diceritakan ke orang luar termasuk dokter. | |
Hal-hal yang menyangkut masalah seksual masih dianggap tabu untuk dibicarakan. | |
Adanya penghalang dari segi psikologis yaitu rasa malu untuk mencari pertolongan. | |
Adanya penghalang dari segi sosial-budaya yaitu lebih mempercayai bentuk pengobatan mistis/tradisional/alternatif untuk menangani masalah disfungsi ereksi. |
Pengobatan untuk mendapatkan kehidupan seksual yang normal sangat penting bagi
penderita disfungsi ereksi. Hal ini berarti bukan saja mencari pengobatan supaya
ereksi dapat berlangsung lama & memuaskan tetapi juga dengan cara mengobati
penyakit-penyakit lain yang dapat menyebabkan masalah disfungsi ereksi tersebut.
Menurut WHO sendiri salah satu hak dasar bagi manusia adalah untuk mendapatkan
kesehatan seksual, termasuk didalamnya adalah terbebas dari kelainan organ
ataupun penyakit yang dapat menganggu fungsi seksual dan reproduksi. Jadi bila
anda mengalami masalah disfungsi seksual jangan ragu lagi untuk mencari
pertolongan dengan berkonsultasi ke dokter.
Laki-laki penderita impotensi (disfungsi ereksi) setiap tahun diproyeksikan
terus meningkat. Selain karena bertambahnya usia, impotensi dapat disebabkan
kecelakaan yang menyebabkan cedera pada tulang belakang.
Penanggung jawab OnClinic Medan, dr Delyuzar Sp.P.A., di Medan, Rabu (16/7),
mengatakan, hingga akhir tahun 2007 tercatat 152 juta pria di dunia menderita
impotensi. Angka ini diperkirakan terus meningkat menjadi 322 juta orang pada
tahun 2025.
Di Sumatera Utara saja diperkirakan pria yang mengalami impotensi mencapai 6.000
orang. Yang mengkhawatirkan, 50 persen di antaranya mengonsumsi obat-obat kuat
tanpa pengawasan sehingga berisiko tinggi terkena serangan jantung.
"Jangan mengonsumsi obat kuat sembarangan karena jika seorang penderita sakit
jantung menjalani terapi nitrat dengan mengonsumsi obat kuat tanpa pengawasan
dari ahlinya, dikhawatirkan dapat menyebabkan kematian," katanya.
Menurut dia, saat ini di Sumut jumlah penderita impotensi yang berusia 40-70
tahun mencapai 52 persen dan sekitar 20 persen berusia 25-30 tahun. Pada umumnya
penderita impotensi banyak memanfaatkan media, seperti situs porno, dengan
harapan bisa menimbulkan rangsangan hingga ereksi.
Ia menjelaskan, untuk mencapai ereksi biasanya harus ada rangsangan dari saraf
pusat belakang. Jika saraf itu terganggu akibat cedera pada tulang belakang,
dipastikan mengakibatkan impotensi.
"Mengonsumsi obat kuat dan mengakses situs porno merupakan langkah awal yang
dilakukan para penderita impotensi untuk memancing ereksi. Jika cara itu gagal
barulah mereka menjalani pengobatan," katanya.
Untuk membantu proses tersebut anda bisa Gunakan FOREDI
HERBAL TANPA EFEK SAMPING,
Foredi terbukti ampuh mengatasi ejakulasi dini,
untuk info selengkapnya hubungi Dr. O' Henry, Ph.D.
Ejakulasi dini adalah ejakulasi yang terjadi terlalu dini, yaitu biasanya
sebelum, pada saat atau segera setelah penetrasi (masuknya penis ke dalam
vagina). Ejakulasi dini bisa menimbulkan masalah pada pasangan suami-istri. Jika
pria telah mengalami ejakulasi sebelum wanita mencapai orgasme, maka kemungkinan
sang wanita akan merasakan ketidakpuasan dan menjadi kesal.
Kelainan ini sering terjadi pada remaja pria dan akan semakin kuat jika disertai
perasaan bahwa seks adalah hal yang penuh dosa. Faktor lain yang mendukung
timbulnya kelainan ini antara lain, takut ketahuan, takut teman wanitanya hamil,
takut menderita penyakit menular seksual, dan kecemasan akan penampilan.
Hal-hal tersebut bisa tetap ada sampai penderita mencapai usia dewasa dan
diperhebat oleh adanya masalah dalam menjalin hubungan. Faktor fisik yang
mungkin terlibat dalam terjadinya kelainan ini adalah peradangan kelenjar
prostat atau kelainan sistem saraf. Ejakulasi terjadi sebelum penderita maupun
pasangannya menginginkannya (terjadi sebelum atau segera setelah penetrasi).
Gejala
Keluarnya sperma sebelum penetrasi.
Pengobatan
Secara umum, yang perlu dilakukan untuk mengatasi kelainan ini adalah latihan
dan relaksasi. Dengan tehnik berhenti dan mulai, penderita dilatih untuk
mentolerir tingkat kepuasan yang tinggi, tanpa mengalami ejakulasi. Penis
dirangsang, baik secara manual maupun melalui hubungan badan, sampai penderita
merasa bahwa dia akan mengalami ejakulasi. Rangsangan kemudian dihentikan, dan
kemudian dimulai lagi 20-30 detik kemudian.
Pada awalnya, mitra seksual penderita berlatih tehnik ini dengan perangsangan
manual dan kemudian pada saat melakukan hubungan badan.
Dengan melakukan latihan ini, lebih dari 95% penderita berhasil menngendalikan
ejakulasinya selama 5-10 menit atau bahkan lebih lama.
Teknik tersebut juga membantu mengurangi kecemasan, yang seringkali menjadi
penyebab timbulnya ejakulasi dini. Pemakaian kondom pada beberapa penderita,
bisa membantu menunda ejakulasi. Kadang ejakulasi dini disebabkan oleh masalah
psikis yang lebih serius, sehingga penderita perlu menjalani psikoterapi.
Jika terapi perilaku (misalnya tehnik berhenti dan mulai) tidak berhasil
mengatasi masalah atau penderita enggan melakukannnya, maka bisa diberikan
reuptake inhibitor untuk menunda ejakulasi. Obat ini bekerja dengan cara
meningkatkan jumlah serotonin di dalam tubuh
Pengobatan lain yang bisa anda coba silakan coba produk KAMI!
8 Mitos Tentang EreksiPria sering kali menerima informasi yang salah tentang disfungsi ereksi atau
DE dan secara sembunyi-sembunyi mencari penyebab dan upaya penyembuhannya.
Memahami fakta soal DE adalah faktor penting guna menghilangkan hambatan untuk
mencari kesembuhan.
Dalam sebuah survei bertajuk Asia Pacific Sexual Health and Overall Wellness (APSHOW),
ada sejumlah mitos tentang DE yang masih dipercaya sebagian kaum adam. Padahal,
mitos ini tidaklah benar. Berikut mitos-mitos tersebut.
1. Sulit ereksi adalah hilangnya ketertarikan seks atau mandul.
Faktanya, sebagian pria dengan kesulitan ereksi masih memiliki gairah dan
keinginan untuk mendapat orgasme dan mengalami ejakulasi cairan semen. Kesulitan
ereksi terkait dengan kemampuan membuat atau mempertahankan ereksi dan tidak
berarti kehilangan keinginan dalam melakukan hubungan seksual.
2. Pria selalu ingin dan siap untuk melakukan hubungan seks.
Faktanya, anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Dalam kehidupan nyata, kelelahan
fisik atau berpikir keras mengenai pekerjaan dan keluarga bisa memengaruhi
gairah pria dan kegiatan seksualnya. Berada dalam kerangka pikir yang tepat
adalah penting dalam stimulasi respons seksual pada pria.
3. Disfungsi ereksi hanya memengaruhi pria. Fakta ini tidak
sepenuhnya benar karena wanita juga terkait dengan masalah tersebut. Itu karena
wanita juga dapat merasakan dampaknya. Kecenderungan untuk menghindari kontak
seksual sering kali menyebabkan pasangan merasa tidak dicintai lagi, tidak
diinginkan, dan tidak menarik lagi. Kegagalan dalam mengomunikasikan atau
mengetahui permasalahan bisa mengakibatkan depresi dan kecemasan.
4. "Pria sejati" tak mungkin sulit ereksi.
Kenyataannya, pada suatu waktu, banyak pria kesulitan mengalami ereksi dan
mempertahankannya. Hal ini seiring pertambahan usia, perilaku budaya, dan
kebiasaan serta keyakinan. Sesekali mengalami poblem mencapai ereksi atau
mempertahankannya bukanlah masalah. Namun jika persoalan berlanjut, maka hal itu
akan memengaruhi kehidupan pribadi.
5. Mitos: mencari pertolongan untuk problem sulit ereksi meliputi tes
yang memalukan dan tak nyaman. Padahal, hal itu tidak demikian. Masalah
tersebut ada baiknya didiskusikan agar mendapat solusi yang terbaik. Beberapa
pria menemui kesulitan untuk berdiskusi tentang persoalan yang dihadapi,
terutama permasalahan yang terkait kesehatan seksual. Kesulitan ereksi
berhubungan kuat dengan persoalan budaya atas potensi, sukses, dan
kejantanan, yang sering dilingkupi budaya diam.
6. DE adalah problem lumrah dalam proses penuaan. Nyatanya,
disfungsi ereksi tidak harus dianggap sebagai hal yang normal untuk semua pria
usia berapa pun. Sekalipun mungkin mereka yang lebih senior membutuhkan waktu
lebih lama untuk bisa terangsang dan mungkin membutuhkan stimulasi fisik, hal
ini tidak berarti mereka mengalami disfungsi ereksi.
7. DE "berada di kepala". Kenyataannya, sebelum dikenal
sebagai impoten, DE merupakan topik yang tabu dibicarakan dan merupakan kajian
khusus di bidang psikologi. Sekalipun DE memiliki penyabab psikologis (misalnya
cemas, stres, perasaan bersalah tentang seksual, kelelahan, masalah dalam
hubungan, perasaan terhadap pasangan, dan depresi), kini diketahui bahwa sekitar
80 permasalahan memiliki sebab yang berhubungan dengan masalah fisik.
8. Kesulitan ereksi akan berlalu. Kenyataannya, persoalan DE
adalah persoalan medis dengan solusi pengobatan. Sama halnya dengan terapi yang
harus kita terima untuk mengobati kondisi seperti hipertensi, kita juga harus
mengobati DE. Bila dibiarkan tidak diobati, DE dapat menimbulkan konsekuensi
psikologis, termasuk perasaan malu, kehilangan, atau minder.
Bagaimana cara memanfaatkan hubungan intim dengan waktu efisien namun sehat,
berkwalitas dan sahdu? Ternyata wanita lebih banyak berperan. Jelmakan
pelampiasan nafsu menjadi sentuhan kasih sayang dan cinta dengan belaian,
kata-kata mesra, sehingga ketika siap untuk menikmati puncak intim, tak terlalu
menyita tenaga dan waktu.
Dr Jimmy R Tambunan, SpOG menekankan, aktivitas seks merupakan ajang kedua
insan untuk saling menunjukkan perasaan cinta, sayang, dan saling memiliki. "Hubungan
seks untuk mempererat hubungan, bukan untuk melampiaskan nafsu belaka," ujar
alumnus Fakultas Kedokteran UKI dalam sebuah seminar mengenai kiat hubungan
intim secara sehat dan berkualitas di Jakarta, baru-baru ini.
Dengan prinsip seperti itu bisa diterapkan pada hubungan intim di bulan puasa.
Dengan mengeksploitasi perasaan sayang, cinta dan saling memiliki, permainan
seks sebagai puncaknya menjadi tak terlalu dominan. Caranya dengan foreplay yang
cukup lama dan mantap, melalui sentuhan cinta, kasih sayang.
Wanita umumnya justru lebih mengerti ketimbang pria diperlakukan seperti ini.
Karena umumnya wanita lebih senang dimanja, disayang, dibelai. Wanita paling tak
suka dengan sikap tergesa-gesa, apalagi mengesankan ia hanya jadi objek seks
belaka. Apalagi jika di bulan seperti ini pasangannya memperlakukan mesra
seperti itu, bisa dipastikan akan menerima dengan pemahaman yang mendalam.
Bagi pasangan yang telah menjalin hubungan dalam waktu yang lama, tentu lebih
mengerti dan mengenali karakter pribadi masing-masing. Ini memudahkan untuk
menonjolkan dominasi 'sentuhan awal' --karena keduanya telah tahu atau mengerti
tradisi masing-masing.
Hubungan seks bukanlah keinginan sepihak, namun dua insan yang saling mencintai
dan menyayangi di bulan seperti ini, ada baiknya memberikan pasangan (terutama
wanita) waktu sejenak untuk beristirahat agar fit. Bukankah menyenangkan setelah
beristirahat sebentar, Anda dan pasangan melakukan hubungan intim.
Dengan demikian, kondisi yang tadinya lelah, pulih kembali, sehingga saat
berhubungan sudah siap benar.
"Melakukan hubungan seks itu apalagi hingga mencapai puncak kepuasan ibaratnya
seperti lari seratus meter," jelas dr Jimmy.
Agar aktivitas seks tetap prima tanpa penurunan kwalitas, disaat makan
dianjurkan mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin, protein seperti nasi,
lauk pauk, daging, telur, tempe, tahu, sayur mayur dan susu. Jangan sampai
berlebihan namun kandungan gizinya yang penting.
Itu pun masih ada pengecualian. Bagi yang sehat tentu tak ada masalah dalam
mengonsumsi makanan yang dibutuhkan agar prima, tapi yang memiliki penyakit
seperti diabetes, jantung dan darah tinggi sangat perlu memperhatikan pola makan
dan kandungannya.
Untuk meningkatkan kualitas hubungan intim ANDA berdua bisa hubungi Kami di (031) 7017 9459, 08123 008 059, 0818 39 0809 dengan Dr. O' Henry, Ph.D.
Agar tidak berlarut-larut dan menjadi impotensi menetap, gangguan ereksi
harus dipandang sebagai penyakit yang perlu diobati. Selama beberapa tahun
terakhir kesadaran orang untuk berobat pun semakin meningkat.
Panduan terbaru yang dikeluarkan oleh American College of Physicians
merekomendasikan dokter untuk memberikan obat inhibitor oral
phosphodiesterase type 5 (PDE-5) seperti Viagra, Cialis, dan Levitra, untuk
pria yang menderita disfungsi ereksi, kecuali pasien tersebut sedang dalam
terapi nitrat.
Karena dianggap belum cukup bukti dalam hal perbandingan keunggulan ketiga obat
tersebut, dokter disarankan untuk meresepkan obat yang paling tepat berdasarkan
faktor penyebab impotensi dan pertimbangan pribadi pasien, misalnya harga obat,
kemanjuran obat, serta efek samping yang mungkin dialami pasien.
Bila dibagi dalam dua faktor penyebab, sebagian besar penderita impotensi
disebabkan faktor organik (sekitar 70-85 persen), misalnya diabetes atau
pembesaran prostat. Sisanya karena faktor psikis, yang umumnya terjadi pada usia
muda.
Panduan untuk para dokter ini direkomendasikan berdasarkan studi analisis yang
dilakukan Dr.Amir Qaseem, senior dokter dari American College of Physicians (ACP)
terhadap 130 studi yang mengevaluasi obat inhibitor PDE-5 tunggal atau kombinasi.
Para peneliti menemukan bahwa pengobatan impotensi dengan obat-obatan tersebut
menunjukkan peningkatkan kualitas dalam fungsi ereksi dan penetrasi seksual pada
pria yang impoten atau pria yang merasa kekerasan ereksinya kurang.
Mengenai terapi hormonal untuk pasien yang mengalami kekurangan testoteron, ACP
tidak merekomendasikannya karena belum adanya bukti yang cukup kuat. Namun, ACP
juga tidak menentang penggunaan tes hormon ini pada pasien disfungsi ereksi.
Dalam mengukur kadar hormon pasien, dokter disarankan untuk mempertimbangkan
gejala klinis yang dialami tiap pasien, seperti menurunnya libido, ejakulasi
dini, rasa kelelahan, serta perubahan fisik pada alat vital, sebelum menyatakan
gangguan hormon.
Untuk membantu proses tersebut anda bisa Gunakan FOREDI HERBAL TANPA EFEK SAMPING, Foredi terbukti ampuh mengatasi ejakulasi dini, untuk info selengkapnya di (031) 7017 9459.
Seks tak selamanya berkobar. Ada kalanya remang-remang, bahkan padam. Salah
satu penyebabnya adalah penis tidak dapat ereksi dan menjadi tegang. Tapi, orang
lemah syahwat tak perlu berkecil hati karena dunia pengobatan telah menemukan
obat impotensi.
Salah satu obat anti impotensi yang paling banyak dipakai di seluruh dunia
adalah sildenafil yang di pasaran sering disebut dengan pil biru. Penelitian
yang telah dilakukan secara ekstensif di banyak negara memang membuktikan bahwa
obat ini punya tingkat keberhasilan tinggi, sampai 89 persen untuk memicu ereksi.
Kendati demikian, obat ini juga memiliki efek samping. Dalam suatu telaah
sistematis dan meta analisis dari 49 penelitian klinis, Dr Alexander Tsertsvadze
dari Ottawa Health Research Institute, Kanada dan timnya melaporkan bahwa pria
yang memakai Sildenafasil sitrat memiliki risiko 1,5 kali lebih besar mengalami
efek samping dibanding dengan mereka yang menggunakan plasebo.
Efek samping yang paling umum dari obat lemah syahwat ini antara lain adalah
sakit kepala, dada berdebar-debar, sesak napas, dan gangguan penglihatan,
flushing (muka memerah karena pelebaran pembuluh darah di wajah), serta
gangguan pencernaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa risiko efek samping
meningkat seiring dengan ditambahnya dosis viagra yang diminum.
"Setiap obat pasti memiliki efek samping – tidak ada satupun obat yang bebas
efek samping, termasuk sildenafil sitrat," kata dr. Budhi Damian Widjojo,
Primary Care Medical Advisor PT. Pfizer Indonesia.
Sildenafil sitrat hanya boleh digunakan bila dokter menyatakan seorang pria
terindikasi menderita disfungsi ereksi. "Tentunya pria dewasa yang boleh
menggunakan obat ini," katanya.
Selain itu untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan, Budhi
menjelaskan sildenafil sitrat tidak diperbolehkan pada pasien yang sedang minum
obat jantung golongan nitrat. "Penggunaan sildenafil sitrat untuk pasien yang
menderita penyakit jantung harus berhati-hati karena ada kemungkinan mereka
minum obat golongan nitrat tersebut atau karena memang kondisi jantungnya yang
tidak optimal untuk berhubungan seksual," jelasnya.
Pada pria, aliran darah merupakan bagian terpenting untuk menghasilkan hubungan
seks yang baik. Sildenafil bekerja merelaksasi otot polos, dengan cara
menghambat enzim fosfodiestrase. Otot polos yang berperan dalam
impotensi disebut korpus kavernosum, suatu jaringan yang mendukung ereksi
pada penis. Dalam kondisi relaksasi, aliran darah masuk ke dalam penis
sehingga terjadilah ereksi.
Untuk membantu proses tersebut anda bisa Gunakan FOREDI HERBAL TANPA EFEK SAMPING, Foredi terbukti ampuh mengatasi ejakulasi dini, untuk info selengkapnya di (031) 7017 9459.
Kemampuan seksual pria identik dengan ereksi. Begitu pentingnya kemampuan ini,
sehingga banyak hal harus dijaga dan diperhatikan oleh para pria.
Berikut ini beberapa hal yang dapat memengaruhi kemunduran seksual pria, menurut
Prof. Dr. Djoko Rahardjo, Sp.BU, dari Sub-bagian Urologi, Bagian Bedah Fakultas
Kedokteran UI/RSCM:
- Usia. Pria usia lanjut biasanya mengalami keadaan yang disebut andropause. Ini adalah masa di mana produksi testosteron berkurang.
- Diabetes. Kadar gula darah yang tinggi menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah dan merusak saraf, termasuk pembuluh darah ke daerah reproduksi. Inilah yang menyebabkan terjadinya gangguan fungsi ereksi.
- Hipertensi. Tekanan darah tinggi menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi kaku, sehingga lama kelamaan lumen pembuluh akan menyempit. Kejadian ini tidak hanya di bagian pembuluh jantung atau otak, melainkan juga di bagian genital. Akibatnya, aliran darah ke genital berkurang. Gangguan ereksi pun sangat mungkin terjadi.
- Kadar kolesterol tinggi. Kolesterol yang terus-menerus tertimbun dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya dan menyempitnya pembuluh darah. Penyempitan pada penis menyebabkan terjadinya kesulitan ereksi.
- Gangguan saraf. Parkinson, kencing manis, stroke, dapat menyebabkan menurunnya fungsi saraf. Akibatnya, aktivitas neurotransmitter berkurang dan menurunkan rangsang saraf. Terjadilah gangguan ereksi.
- Trauma. Trauma yang langsung mengenai daerah kemaluan akan merusak korpus kavernosum, saraf, dan pembuluh darah yang akhirnya menyebabkan gangguan ereksi.
- Faktor psikis. Stres entah karena fisik atau psikis mampu melelahkan mental dan menghambat kerja neurotransmitter, sehingga tidak terjadi rileksasi otot polos. Akibatnya, ereksi terganggu.
- Penyakit infeksi. Infeksi kronis seperti TBC, HIV, hepatitis mengakibatkan kemunduran kerja neurotransmitter dan penurunan kadar estrogen yang kemudian menimbulkan turunnya libido.
- Obat-obatan. Obat perangsang, narkotika, dan beberapa obat penurun tekanan darah dapat mengganggu kemampuan ereksi.
- Merokok. Selain dapat memicu kanker paru, juga menyempitkan pembuluh darah.
- Gunakan FOREDI,
Foredi terbukti ampuh mengatasi ejakulasi dini,
untuk info selengkapnya:
Dr.O' Henry, Ph.D.: 031-7017 9459, 08123 008 059, 0818 39 0809.
JP: 21-1-2010: "Disfungsi EREKSI Gejala Awal Penyakit Jantung" (hal. 11)Premature Ejaculation
Premature ejaculation (PE) means coming too quickly, and it's one of the common of all male sexual dysfunctions. AMI has found that it is a common problem in younger men but older men can suffer from it. This means that you are not alone. By treating premature ejaculation over a period time, you can improve your sexual performance and regain control of your sex life.Contrary to the perceptions given by the increased awareness of erectile dysfunction, premature ejaculation ("PE") is the most common form of male sexual dysfunction. Even though it's a common problem that can be treated, many men feel embarrassed to talk to their doctors about it or seek treatment.Erectile DysfunctionErectile Dysfunction (ED) affects the lives of many middle-aged men and their partners to one degree or another. The term erectile dysfunction covers a range of disorders, but usually refers to the inability to obtain an adequate erection for satisfactory sexual activity.
Cross-sectional epidemiological studies from around the world reveal that 30–50% of men aged 40–70 years report some degree of erectile dysfunction. About 150 million men worldwide are unable to achieve and maintain an erection adequate for satisfactory sexual intercourse. Age is the variable most strongly associated with erectile dysfunction; between the ages of 40 to 70 years, the incidence of moderate erectile dysfunction doubles from 17% to 34%, whereas that of severe erectile dysfunction triples from 5% to 15%.
When erectile dysfunction proves to be a pattern or a persistent problem, it can interfere with a man's self-image as well as his and his partner's sexual life. Erectile dysfunction may also be a sign of a physical or emotional problem that requires treatment.
Erectile dysfunction was once a taboo subject, but more men are seeking help. Doctors are gaining a better understanding of what causes erectile dysfunction and are finding new and better treatments. Erectile dysfunction can lead to other sexual dsyfunction, such as premature ejaculation.
JP: Sabtu, 23-1-2010: "DE (Disfungsi Ereksi) Gangguan Pembuluh Darah" Hal. 48)Merokok, Ejakulasi Dini, dan Gangguan Ereksi Tanggal ditambahkan: 23/01/2010 Angka gangguan kesehatan dan kematian yang disebabkan oleh merokok termasuk tinggi jumlahnya di seluruh dunia. Di Inggris kebiasaan merokok ini merupakan salah satu pembunuh paling besar dengan tingkat 5 kali lebih besar dari kematian kumulatif yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas di jalan, kecelakaan lain yang menyebabkan kematian, overdosis dan keracunan, kematian yang disebabkan oleh kerusakan hati karena alkohol, pembunuhan baik yang terencana maupun yang tidak, bunuh diri dan kematian oleh infeksi HIV. Di negeri kerajaan ini, 1 dari 4 orang yang disurvei mengaku merokok secara aktif.
Laporan lain menunjukkan bahwa angka kejadian erectile dysfunction atau yang dikenal dengan impotensi meningkat secara tajam pada perokok yang mengisap lebih dari 10 batang sehari. Jumlah ini meningkat lebih dari 50 persen apabila kebiasaan tersebut juga disertai dengan penyakit degeneratif lain yang menjadi faktor risiko seperti diabetes, hiperkolesterol dan tekanan darah tinggi.
Seorang epidemiologist dari Johns Hopkins University, Baltimore-AS dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam American Journal of Medicine mengemukakan data estimasi bahwa 18,4 persen dari pria Amerika yang berusia di atas 20 tahun menderita disfungsi ereksi dan kondisi tersebut berkaitan erat dengan kebiasaan merokok, kurang berolahraga, dan konsumsi makanan yang buruk. Juga terdapat pergeseran umur pada mereka yang menderita inpotensi ini dimana usia rata-rata menjadi lebih muda.
Dalam laporan ini, 5,1 persen ditemukan populasi yang berumur 20-39 tahun, sementara 14,8 persen berusia 40-59 tahun. Bandingkan dengan mereka yang menderita ejakulasi dini yang dilaporkan lebih dari 60 persen dari seluruh populasi yang diamati.
Fakta lain menunjukkan, setengah dari jumlah pria ini ternyata menderita diabetes dan hampir 90 persen mempunyai faktor-faktor risiko kardiovaskuler lainnya seperti tekanan darah tinggi, profil lemak darah yang buruk, serta dua kali lebih berisiko pada mereka yang memiki kebiasaan merokok.
Thomas G. Travisona dan kawan-kawan dari Department of Urology, Columbia University, New York dan New England Research Institutes Watertown, Massachusetts mempertegas sebuah studi bahwa penderita impotensi dapat mengalami remisi alamiah hanya dengan memperbaiki gaya hidup sehat khususnya menghentikan kebiasaan merokok.
Semua laporan di atas dapat disimpulkan bahwa merokok aktif secara bermakna memiliki hubungan kausalitas dengan terjadinya impotensi dan ejakulasi dini. Banyak sentra pendidikan yang menulis tentang kesulitan mengikis kebiasaan merokok ini karena nikotin memiliki efek adiksi yang bekerja hampir sama seperti heroin atau kokain.
Lalu bagaimana dengan Indonesia yang banyak sekali memproduksi berbagai macam rokok? Setelah banyak orang yang mengetahui betapa bahayanya merokok dan akibat merokok, produsen rokok malah semakin berlomba-lomba memasarkan produk rokoknya, sehingga rakyat pun semakin merasa ketagihan bahkan siswa-siswa SD dan SMP yang notabene berusia belia sudah ketagihan dengan rokok. Bukankah ini menjadi buah simalakama bagi negara? karena di satu pihak produksi rokok sangat membahayakan kesehatan generasi bangsa, tapi di pihak lain produksi rokok mendatangkan devisa negara yang tidak sedikit. Butuh kerjasama semua pihak untuk bisa menegaskan pentingnya menghilangkan kebiasaan merokok dan menjadikan bangsa Indonesia sehat jasmani dan rohani.***
Ejakulasi Dini Mengancam Kaum MudaJika seseorang mengalami ejakulasi dini biasanya adalah orang yang berusia lanjut. Tetapi Dr. Najah Senno Musacchio membuktikan lain, peneliti ini mengingatkan bahwa ejakulasi dini juga bisa mengancam kaum muda.
Studi ini dilakukan oleh Dr. Najah Senno dimana dia mencatat bahwa para pemuda di tingkat sekolah atas dan universitas sudah terbiasa menggunakan obat perkasa Viagra yang dicampur dengan alkohol ataupun obat terlarang lainnya yang membuat penularan penyakit seks juga semakin mengkuatirkan.
Dr. Senni melakukan penelitian atas 234 pria berusia 18 hingga 25 tahun yang melakukan seks secara aktif saat mereka berada di tahun ketiga di Chicago Universities.
Hasil penelitian menyebut 13 persen pemuda itu mengaku sudah terbiasa menggunakan obat kuat penghilang Ejakulasi Dini namun tidak pernah mendiskusikan tindakan mereka kepada dokter.
Disfungsi Ereksi (Ejakulasi Dini) atau impotensi merupakan sebuah kondisi dimana para pria sulit melakukan atau menjaga ereksi tetap terjadi saat berhubungan seks sampai kegiatan seks berakhir.
Hasil studi Dr. Senno ini dipaparkan daam pertemuan `the Pediatric Academic Societies annual meeting` yang berlangsung di San Francisco, Sabtu (29/4) akhir pekan silam.
“Kami bertanya kepada para pemuda mengenai disfungsi ereksi dan penggunaan kondom,’ jelas Dr. Senno.
‘25 persen dari mereka mengaku kehilangan ereksi saat menggunakan kondom.’
Penggunaan kondom yang semakin tinggi membuat tim peneliti mengkuatirkan terjadinya penyebaran penyakit kelamin.
6 persen dari responden mengatakan mereka menggunakan terapi untuk mengatasi Ejakulasi Dini, 57 persen mengatakan menggunakan obat-obatan, dan 29 persen menggunakan obat-obatan itu untuk meningkatkan kinerja seks.
Penelitian sebelumnya menyebut bahwa sekitar 5 persen pria berusia diatas 40 tahun mengalami Ejakulasi Dini dan sekitar 25 persen pria diatas 65 tahun mengalami hal yang sama.
Sejumlah kondisi seperti penyakit diabetes, penyakit ginjal, jantung dan pengguna alkohol kronis merupakan penyebab utama dari Ejakulasi Dini
Merokok juga disebuat-sebut merupakan salah satu faktor terjadinya Ejakulasi Dini!
Beberapa tahun silam, perusahaan asal AS Pfizers meluncurkan obat perkasa Viagara yang laku keas sehingga obat semacam ini juga marak dengan sejumlah produk lain seperti Levitra ataupun Cialis.